Alex Marquez frustrasi gagal salip Marc di Assen

GP Assen bikin Alex Marquez garuk kepala karena gagal manfaatkan kecepatan di sektor tiga.

Alex Marquez frustrasi gagal salip Marc di Assen. © Gold & Goose Photography/Getty Images
Alex Marquez di Sirkuit TT Assen pada 29 Juni 2025 di Assen, Belanda. © Gold & Goose Photography/Getty Images

Kalau kamu pikir balapan MotoGP itu cuma soal gaspol dan rem mendadak, selamat datang di dunia Alex Marquez: lebih cepat, lebih galak di sektor tiga, tapi tetap kalah. Yup, Alex Marquez frustrasi gagal salip Marc di Sprint Assen meskipun secara matematis, logis, dan (menurut komentator TV) dia bisa dan layak menang.

Tapi nyatanya? Marc tetap Marc. Dan Alex? Ya, tetap adik Marc.

Gagal lagi finis pertama, Alex mulai geleng-geleng kepala

Alex Marquez berhasil finis kedua di Sprint Grand Prix Belanda. Lagi. Bukan pertama kali musim ini. Bahkan kalau kita bikin chart, garis “P2” milik Alex udah kayak tren saham stabil — kecuali di Silverstone, satu-satunya tempat di mana dia benar-benar berjaya.

Tapi di Assen? Harapan tinggal harapan.

“Saya sedikit frustrasi karena tidak bisa lebih dekat dengan Marc,” ujar Alex setelah balapan, dengan ekspresi seperti orang yang baru ditikung rekan sekantor dalam rebutan promosi.

Padahal, secara teori dan GPS tracker, Alex lebih cepat di beberapa sektor — terutama sektor tiga. Tapi sayangnya, kecepatan nggak cukup kalau yang di depan adalah Marc Marquez, pembalap dengan DNA balap yang bisa membaca niat lawan sebelum mereka mencet kopling.

Sektor tiga: surga kecepatannya Alex, tapi tetap saja mentok

Buat kamu yang nonton dari rumah sambil ngemil tahu goreng, sektor tiga adalah tempat Alex bersinar. Di sana, dia bisa mencuri 0,3–0,4 detik dari Marc — tiap lap!

Sayangnya, itu kayak ngumpulin koin receh buat beli rumah: kelihatan banyak, tapi tetap nggak cukup.

“Di sektor tiga, saya lebih cepat. Tapi motor sekarang beda dengan motor zaman dulu. Ada sayap di mana-mana, kayak pesawat belum jadi. Mau nyalip? Susah. Celahnya sempit, kayak dompet akhir bulan,” keluh Alex.

Yang bikin tambah kesel, dia juga sempat kena peringatan karena nyentuh track limit. Jadi ya, makin ngerem, makin sabar, dan makin kesal sendiri.

Ban, cuaca, dan keputusan yang bikin nyesel belakangan

Balapan di MotoGP itu nggak cuma soal siapa paling ngebut. Tapi juga siapa paling pintar ngatur ban dan cuaca. Di Assen, cuacanya awalnya diprediksi bakal panas. Tapi kayak mantan yang tiba-tiba balik minta maaf, cuaca Assen berubah total. Dingin, dan jelas bikin strategi ban jadi kacau balau.

“Saya pakai ban depan soft,” kata Alex, sambil menjelaskan kalau beberapa rider lain malah kehabisan ban soft karena dipakai semua di hari Jumat.

Lucunya, dia sendiri jatuh di hari Jumat karena pakai ban medium. Jadi ketika balapan utama tiba, dia harus putar otak: mau pakai ban yang udah loyo, atau pakai yang keras dan gak cocok cuaca?

Akhirnya dia pilih ban soft baru untuk Sprint. Dan hasilnya? Masih tetap di belakang Marc. Tambah frustrasi? Jelas.

Alex jujur: “Saya terlalu sopan di awal”

Salah satu momen paling jujur Alex datang saat dia bilang:

“Saya tidak menyerang di awal dan membiarkan Marc memimpin. Saya kehilangan kesempatan.”

Ya, dia mengaku terlalu santai. Terlalu kalem. Terlalu percaya bahwa mungkin, nanti di lap 6 atau 7, celah akan muncul. Tapi di MotoGP, kalau kamu nggak bikin celah, ya celah itu nggak akan ada. Beda sama file di laptop yang bisa kamu klik “new folder.”

Dan ketika kamu punya kakak yang tahu semua trik, mulai dari blocking sampai setting throttle yang bikin frustrasi, ya balapan jadi mimpi buruk yang dilapisi karbon.

Netizen? Tentu saja bilang Alex main aman karena kakaknya sendiri

Satu hal yang selalu muncul tiap kali Alex Marquez finis tepat di belakang Marc: spekulasi bodoh dari netizen.

“Ah, itu mah dikasih.”

“Mana ada balapan serius kalau lawannya kakak sendiri.”

Padahal kenyataannya, kalau Alex punya celah untuk menang dan bisa nyalip Marc tanpa jatuh bareng, dia pasti akan melakukannya. Masalahnya? Assen sempit. Motor modern kayak roket mini. Dan satu kesalahan aja bisa bikin dua motor Gresini dicoret dari buku hasil.

Pelajaran penting dari balapan Assen

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari frustrasinya Alex?

Pertama, MotoGP sekarang makin rumit. Ada aerodinamika yang bikin nyalip makin sulit. Motor-motor sekarang kayak gabungan teknologi NASA dan sihir Hogwarts: cepat, tapi licik.

Kedua, cuaca dan pilihan ban bisa merusak mimpi. Ban yang salah, suhu yang berubah, semuanya bisa bikin pembalap kalang kabut, bahkan yang udah latihan kayak mau UAS.

Ketiga, kadang keputusan yang kamu buat di dua lap pertama menentukan seluruh nasib balapan. Kalau kamu terlalu sabar, orang di depan bakal kabur. Kalau kamu terlalu agresif, ya kamu malah finish di gravel.

Apa selanjutnya buat Alex?

Alex akan kembali turun hari Minggu, mencoba lagi di balapan utama. Tapi dia tahu, peluang nggak datang dua kali. Dia harus lebih nekat, lebih licik, dan mungkin... lebih egois. Karena di MotoGP, siapa cepat dia dapat. Dan siapa baik hati? Ya... dia dapat P2.

Alex Marquez frustrasi gagal salip Marc di Assen. Bukan karena nggak bisa, tapi karena di dunia MotoGP modern, ruang nyalip makin sempit, ban makin rewel, dan lawanmu bisa aja... kakakmu sendiri.

Tapi, siapa tahu besok kita lihat Alex balas dendam. Kalau dia bisa lewati Marc, netizen pasti langsung tutup mulut. Dan kalau dia jatuh karena nyoba nyalip, ya... netizen tetap nyinyir. Jadi ya, nikmati aja dramanya. Karena MotoGP bukan cuma soal siapa tercepat, tapi juga siapa paling tahan mental.

Lainnya

Posting Komentar