Fabio Quartararo alami dislokasi bahu di Mugello, tapi tetap ngegas!

Quartararo alami kecelakaan latihan di Mugello, tapi dislokasi bahu tak menghalanginya.

Fabio Quartararo alami dislokasi bahu di Mugello, tapi tetap ngegas!. © Gold & Goose Photography/Getty Images
Fabio Quartararo. © Gold & Goose Photography/Getty Images

Yamaha boleh saja turun performa, tapi Fabio Quartararo tetap seperti slogan iklan minuman energi: dia gak bisa berhenti sebelum garis finis. Hari latihan di Mugello seharusnya jadi momen biasa untuk pemanasan, tapi buat pembalap asal Prancis ini, sesi latihan malah berubah jadi sesi gulat matador antara bahu dan aspal. Hasilnya? Fabio Quartararo dislokasi bahu—lagi.

Ya, bukan pertama kali, sobat. El Diablo memang pembalap, tapi juga tampaknya punya side job sebagai tukang urut dadakan. Bahunya copot? Dia pasang sendiri. Tanpa panik, tanpa merengek, langsung klik, dan lanjut gas. Sementara kita baru keseleo jempol udah minta cuti seminggu.

Kecelakaan terjadi saat latihan bebas Jumat, dengan waktu sesi masih tiga perempat jam lagi. Quartararo masuk ke Tikungan 4, sebuah tikungan ke kiri di sirkuit Mugello yang ternyata lebih ganas dari mantan yang belum move on. Ban depan Yamaha miliknya kehilangan grip, dan boom—Fabio mencium aspal lebih cepat dari prediksi cuaca.

Setelah terpelanting keras, tubuh Quartararo mendarat dengan beban penuh di bahu kiri. Motor meluncur ke kerikil, dia sendiri berhenti manis di depan pembatas. Bangkit, dia langsung pegang bahu sambil menahan rasa sakit—tapi tidak histeris. Kalau netizen kena ini, sudah trending satu Twitter dengan tagar #JusticeForShoulder.

Usai naik motor medis dan balik ke paddock, El Diablo langsung diperiksa oleh dokter kejuaraan, Angel Charte. Pemeriksaan singkat, diberi obat antiinflamasi, lalu... boleh balapan lagi. Lah ini gimana? Kita dislokasi bahu biasanya nginep di IGD, dikasih kalung penyangga dan cuti kerja. Fabio? Diberi pil dan tiket masuk Q2.

“Fabio mengalami dislokasi bahu kiri, dan dia sendiri yang memasangnya kembali karena sudah tahu caranya,” kata Charte dengan wajah tenang seperti membicarakan nasi goreng langganan. Jadi pembalap MotoGP bukan cuma soal kecepatan, tapi juga skill tukang pijat profesional.

Dan apa yang dilakukan Fabio setelah itu? Kembali ke trek, naik motor kedua, dan masuk lima besar! Ini bukan drama sinetron, ini realita seorang juara dunia yang menolak dikalahkan bahunya sendiri.

Setelah latihan selesai, Fabio dikirim ke rumah sakit di Florence untuk pemindaian MRI. Karena, ya, kita perlu tahu: ini hanya dislokasi biasa, atau bahunya sudah berniat pensiun dini. Beberapa jam kemudian, Yamaha mengeluarkan pernyataan: Fabio baik-baik saja.

"Setelah menjalani pemeriksaan medis lebih lanjut di Florence, Fabio telah menerima semua hasil tes. Dia benar-benar baik-baik saja dan dalam perjalanan ke sirkuit," begitu kata Yamaha. Bahu boleh goyah, tapi semangatnya tetap full throttle.

Kalau kamu pikir pembalap MotoGP cuma butuh skill balap, kamu salah besar. Dibalik helm dan seragam balap itu, ada tubuh penuh luka lama, tulang yang pernah copot, dan mental baja yang tak bisa digerogoti rasa takut. Fabio Quartararo dislokasi bahu? Buat dia itu kayak kita kejedot pintu—sakit, iya, tapi gak sampai batal ngopi.

Dia bukan satu-satunya yang keras kepala di MotoGP—tapi cara dia balik ke trek dalam kondisi cedera, lalu finis lima besar, itu patut diberi penghargaan Most Savage Comeback of the Weekend. Bahkan Netflix pun belum bisa nulis naskah semegah ini.

Kini, dengan kondisi bahu yang mungkin masih terasa kayak digetok palu, Fabio sudah siap menghadapi babak kualifikasi. Dan dia masuk ke Q2 langsung. Artinya? Bisa jadi pole position, bisa juga podium, atau bisa saja... jatuh lagi. Tapi satu hal pasti: Fabio tidak akan berhenti sebelum garis finis. Bahkan kalau bahunya harus dikencangkan pakai lakban.

Sementara itu, fans Yamaha antara lega dan was-was. Lega karena jagoannya masih bisa balapan, was-was karena tiap kali Fabio belok kiri, semua orang tahan napas. Tikungan ke kiri sekarang bukan cuma tantangan teknis, tapi juga ajang uji elastisitas sendi.

Karena saat kita panik lihat saldo rekening tinggal Rp20 ribu, dia santai pas bahunya copot. Saat kita mengeluh macet Jakarta, dia santai ngelawan angin 350 km/jam. Fabio Quartararo bukan cuma pembalap, dia gladiator sirkuit yang kalau jatuh, bangkit sambil senyum, lalu ngebut lagi seolah-olah gak ada yang terjadi.

Lainnya

Posting Komentar